Open navigation

#SOBATHIUPARI

APA YANG SEBENARNYA TERJADI DENGAN HIU DAN PARI DI INDONESIA?


Pemanfaatan dan eksploitasi hiu dan pari (elasmobranchii) secara global sangat mengkhawatirkan. Tingginya jumlah permintaan sirip hiu dan insang pari manta di pasar internasional, mendorong tanda-tanda eksploitasi berlebih dengan adanya penangkapan hiu dan pari di banyak negara.

NEGARA PRODUSEN HIU DAN PARI TERBESAR DI DUNIA


Data badan pangan dunia (FAO) menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara produsen hiu dan pari terbesar di dunia. Rata-rata produksi tahunan Indonesia yang dilaporkan dari tahun 2000 – 2011 mencapai 106.000 ton atau setara dengan 13% dari total tangkapan dunia. (Jaiteh, Loneragan, & Warren, 2017).

HANYA SEKITAR 26 JENIS HIU DAN PARI BERNILAI EKONOMIS TINGGI


Di perairan Indonesia ditemukan sekitar 218 jenis hiu dan pari. Dari sekitar 1.250 jenis hiu, pari, dan hiu hantu di dunia. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 26 jenis yang bernilai ekonomis tinggi di pasar nasional dan internasional. Jenis-jenis hiu tersebut diantaranya dari famili Carcharhinidae, Lamnidae, Alopiidae dan Sphyrnidae serta pari dari famili Mobulidae (pari manta dan pari mobula) yang merupakan kelompok hiu dan pari paling umum dimanfaatkan sirip dan insangnya.

HIU DAN PARI MENJAGA KEUTUHAN DAN KELESTARIAN EKOSISTEM LAUT


Di lain sisi, peran hiu dan pari di alam sangat penting untuk menjaga keutuhan dan kelestarian ekosistem di laut. Hiu sebagai pemangsa tertinggi di laut berfungsi mengontrol rantai makanan dan memakan ikan-ikan yang sakit. Sementara pari, khususnya pari manta adalah indikator sehatnya ekosistem laut. Jika keberadaan hiu dan pari di laut terancam, maka kesehatan laut akan turut terancam.

PERLU STRATEGI KONSERVASI HIU DAN PARI DI INDONESIA


Di Indonesia, ketergantungan masyarakat terhadap hiu dan pari juga masih tinggi yaitu sebagai mata pencaharian bagi nelayan. Minimnya alternatif mata pencaharian bagi nelayan mendorong angka penangkapan hiu dan pari. Sebagai negara produsen sirip hiu dan insang pari terbesar di dunia, Indonesia menjadi perhatian dan sorotan internasional terhadap kelestarian penangkapan hiu dan pari di Indonesia. Karena itu perlu strategi konservasi serta pengelolaan yang efektif dan komprehensif untuk perikanan hiu dan pari di Indonesia agar tidak terjadi kepunahan serta pemanfaatan yang berkelanjutan.

Fakta unik
tentang Hiu

Tahukah kamu, hiu begitu berharga bagi laut kita bahkan lautan dunia. Lebih dari 500 spesies hiu di dunia, ada 117 spesies hiu yang terdapat di Indonesia. Tapi dibalik cerita hiu yang kamu ketahui selama ini, ternyata ada fakta unik yang bisa kamu lihat.

Hiu fun fact
Hiu fun fact
Hiu fun fact
Hiu fun fact
Hiu fun fact

Fakta unik
tentang Pari

Pari manta termasuk spesies cerdas yang kehidupannya masih menjadi misteri. Walaupun informasinya masih sedikit diketahui, populasi pari manta perlu dijaga dan ada beberapa beberapa fakta unik tentang spesies karismatik yang mendiami laut kita.

Manta fun fact
Manta fun fact
Manta fun fact
Manta fun fact
Manta fun fact

Perlindungan Penuh

HIU PAUS / WHALE SHARK

Hiu paus (Rhincondon typus) kendati namanya demikian, bukanlah termasuk mamalia laut atau keluarga paus. Hiu dan paus termasuk dua spesies yang berbeda. Hiu masuk dalam kelompok ikan sedangkan paus masuk dalam kelompok mamalia. Hiu paus adalah ikan terbesar di dunia dimana ukuran tubuhnya bisa mencapai 18 meter. Meskipun ikan ini memiliki ukuran tubuh raksasa, makanan utamanya adalah hewan plantonik, krill dan ikan-ikan kecil. Di Indonesia, hiu paus memiliki nama lain di berbgaia daerah seperti hiu tutul, hiu geger lintang, hiu bodoh, hiu bintang, hiu bingkoh, hiu teke, lokiko dan kareo dede.

Di Indonesia, hiu paus bisa ditemukan mulai dari Aceh hingga Papua. Di dunia, menurut Fowler (2000), hiu paus bisa ditemukan di 124 negara yang umumnya memiliki perairan hangat di area 30° lintang utara hingga 35° lintang selatan, kecuali laut Mediterania.

hiu

Spesies unik yang cenderung hidup soliter dan migrator ini memiliki pertumbuhan sangat lambat dan dapat mencapai usia 60 hingga 100 tahun. Ikan yang beranak dan bertelur atau ovovivivar ini, betina dewasanya bisa menghasilkan sekitar 300 embrio anakan, namun saat melahirkan hanya sekitar 12 anakan saja dengan ukuran sekitar 55 hingga 64 sentimeter. Dengan fekunditasnya yang rendah, Ia baru akan dewasa pada umur 25 tahun, dimana ukuran jantan sekitar 6 meter dan betina berukuran lebih besar dari 8 meter. Karena karakteristiknya inilah maka jika terjadi eksploitasi berlebih, maka akan sangat sulit dalam memulihkan populasinya.

Di perairan Indonesia, hiu paus bukanlah target utama tangkapan nelayan, namun lebih sering tertangkap tidak sengaja (bycatch) karena ukurannya yang besar dan gerakannya yang lambat. Kendati demikian di beberapa tempat di Indonesia dan di belahan dunia lainnya, jika ikan ini tertangkap, maka akan tetap dimanfaatkan bagian-bagian tubuhnya. Karena itulah jumlahnya di alam makin sedikit.

 

Saat ini, hiu paus masuk ke dalam Appendiks II CITES (Konvensi Internasional tentang perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar) dan termasuk dalam daftar merah IUCN (lembaga konservasi dunia) dengan kategori rawan mengalami kepunahan atau rentan (vulnerable).

Pemerintah Indonesia juga telah melindungi satwa karismastik ini melalui Keputusan Menteri Kelautan & Perikanan No. 18/KEPMEN-KP/2013 tentang status perlindungan penuh bagi hiu paus di perairan Indonesia. Yang artinya, hiu paus tidak bisa lagi ditangkap dan dimanfaatkan bagian-bagian tubuhnya.

Perlindungan bagi hiu paus ini amat diperlukan, sebab kini jumlahnya di alam makin berkurang. Perlindungan penuh ini juga berperan untuk menjaga kelestarian biota laut langka dan eksotik, menjaga nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan dan lingkungan secara berkelanjutan serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat melalui pengembangan pariwisata bahari berbasis ikan hiu paus.

 

Karena sifatnya yang bersahabat dan tidak berbahaya, maka ikan ini sangat cocok dimanfaatkan untuk ekowisata. Seperti yang dilakukan di Ningaloo Reef, Australia Barat, hiu paus setiap tahunnya memiliki nilai ekonomi mencapai 1,2 juta dolar Australia dan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk peluang ekowisata hiu paus.

Selain wisatawan dapat berinteraksi dan berenang bersama hiu paus, kehadirannya di beberapa lokasi di Indonesia juga bisa digunakan untuk kepentingan riset lebih lanjut mengenai tingkah laku hewan ini dan perikanan yang berkelanjutan. Sehingga membiarkan hiu paus tetap hidup di habitatnya dan tetap bisa mendatangkan keuntungan yang lebih banyak untuk manusia

Setidaknya ada beberapa lokasi di Indonesia dimana hiu paus kerap terlihat dan bisa dinikmati oleh wisatawan, antara lain di Teluk Cendrawasih (Papua Barat), Sabang (Aceh), Probolinggo (Jawa Timur), NTT, Derawan (Kalimantan Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara) dan Kepulauan Banda Naira (Maluku).

PARI MANTA / MANTA RAYS

Pari manta (Manta spp.) adalah salah satu kekayaan hayati yang bisa ditemukan di perairan Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia. Pari manta memiliki dua spesies yaitu Manta birostris (pari manta oseanik) dan Manta alfredi (pari manta karang). Sejak 2014, Pari manta telah dilindungi secara penuh melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4/KEPMEN–KP/2014. Hal ini berarti bahwa spesies ini tidak boleh lagi ditangkap dan diperdagangkan karena telah dilindungi secara penuh pada seluruh siklus hidup dan atau bagian-bagian tubuhnya.

Perlindungan penuh terhadap pari manta dilakukan karena ancaman yang nyata terhadap populasinya. Pari manta diburu untuk diambil insangnya untuk dipasarkan ke dunia, khususnya ke Cina yang memiliki harga tinggi. Insang pari manta diambil untuk bahan baku obat-obatan tradisional. Selain itu, pari manta yang tertangkap tidak sengaja (bycatch) oleh nelayan juga tinggi.

Maraknya perburuan insang pari manta dan populasinya di alam inilah yang membuat lembaga konservasi dunia atau IUCN (lembaga konservasi dunia) menetapkan satwa laut karismatik ini ke dalam kategori vulnerable, yang artinya rawan terhadap ancaman kepunahan, sehingga perlindungan amat diperlukan untuk melindungi pari manta dari kepunahan di alam.

 

Usia hidup pari manta diperkirakan bisa mencapai 40 tahun dengan tingkat kematian alami yang rendah. Dalam rentang waktu hidupnya, tubuh Manta birostris (pari manta oseanik) bisa mencapai lebar hingga 7 meter, bahkan hingga 9 meter. Sementara Manta alfredi (pari manta karang) dapat tumbuh hingga 4 meter dengan maksimum lebar mencapai 5 meter.

Di alam, pari manta yang merupakan pemakan plankton yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Pari manta memiliki peran penting seperti paus balin. Sebagai spesies dengan ukuran besar yang memakan mangsa pada rantai makanan terendah, pari manta dapat dilihat sebagai spesies indikator untuk kesehatan umum dari ekosistem. Studi yang ada menyatakan bahwa dengan hilangnya organisme penyaring besar (pari manta), maka dapat menghasilkan perubahan berantai yang signifikan terhadap komposisi spesiesnya.

Hewan ini memiliki laju pertumbuhan sangat lambat, rentang hidup panjang dan jumlah anakan sedikit, ditambah ia memiliki tingkat reproduksi yang rendah, dan mencapai kedewasaan yang lambat (sekitar 6-15 tahun lebih). Pada umumnya ia melahirkan hanya satu anakan setiap dua atau tiga tahun, dengan periode kehamilan selama 10-14 bulan. Dengan karakteristik ini, maka pari manta betina dalam periode hidupnya hanya melahirkan 5-15 anak. Sehingga populasi pari manta amat rentan terhadap kepunahan dan sangat sulit untuk pulih apabila tetap dieksploitasi.

Penyebaran pari manta di dunia cukup luas. Manta birostris distribusinya lebih luas, yaitu di perairan tropis, sub tropis dan temperata (daerah beriklim sedang). Sementara Manta alfredi hanya dijumpai di peraitan tropis dan sub tropis. Di Indonesia Manta spp. dapat ditemukan mulai dari perairan barat Sumatera, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, timur Kalimantan, Laut Cina Selatan, Laut Banda, perairan Sulawesi, Maluku dan Papua.

 

Pari manta lebih bernilai ekonomis jika hidup di habitatnya dibandingkan jika ditangkap. Indonesia memiliki pariwisata berbasis manta ketiga terbesar di dunia. Pada studi 2013, nilai ekowisata yang dihasilkan dari pari manta mencapai US$ 15 juta per tahunnya dan secara cepat terus bertambah. Sedangkan jika menjadi produk perikanan, pari manta hanya bernilai US$ 570.000,- per tahunnya, yang berarti hanya kurang dari 3% jika pari manta tetap hidup di habitatnya.

Saat ini beberapa lokasi di Indonesia telah tercatat cukup berkembang ekowisata berbasis pari manta, antara lain di Raja Ampat - Papua Barat, Nusa Penida - Bali, Derawan - Kalimantan Timur dan Komodo - NTT.

Infografis


Berada di kawasan Indo Pasifik Barat, perairan Indonesia yang juga masuk dalam segitiga terumbu karang dunia diyakini memiliki keragaman jenis ikan hiu dan pari yang tinggi. Tetapi sekitar 40% hiu yang ada di perairan Indonesia terancam punah dan termasuk salah satu wilayah dengan tingkat kepunahan tertinggi di dunia (Dulvy et al. 2014).

Trivia

Berapa banyak yang kamu tahu? Ikuti permainan kuisnya untuk menguji pengetahuanmu.

Ketentuan Trivia

Video Hiu dan Pari

Hiu dan pari merupakan bagian penting dari kehidupan laut. Mereka juga penyeimbang dalam rantai makanan yang selama ini menjaga keindahan alam bawah laut. Bukan hanya untuk kita tetapi untuk kelestarian biota laut, keanekaragaman sumberdaya ikan dan lingkungan secara berkelanjutan.


Saat ini peluang terjadinya over eksploitasi perikanan hiu dan pari cukup mengkhawatirkan.
Tapi tahukah kamu, melalui langkah tepat dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan hiu dan pari yang berkelanjutan.

logo WCS logo Rekam logo Darwin Initiative